Tittle : I'm Yours, Nappeun Namja [chapter 1]

Author : Charismagirl / @RimaShawolelf
Rating : PG-15, T
Genre : Romance, Friendship, Life
Length : Two Shoot, maybe? ^O^
Main Cast : Choi Minho, Park Minri (OC)
Support Cast : Kim Ahra, Kim Jonghyun, Lee Taemin, Lee Jinki (Onew)
AN : Pem-publishan FF Hope Dreams Come True di hentikan, silakan lihat di blog pribadi saya kalau mau baca. Saya sendiri sudah bosan sama tuh FF /plakk. Back to story~ Anggap aja cast yeoja itu kalian, ok? Sorry for typo. Give your critics, suggests and comments. Thanks *bow*
Happy Reading~
Minri POV
Aku seorang yeoja sederhana, biasa dan tidak feminin tentunya. Sekolah di sebuah sekolah menengah atas yang cukup terkenal di Seoul. Aku selalu bersama sahabatku Kim Ahra, yeoja yang selalu memuja teman sekelasku yang lain, Lee Jinki. Aku bahkan tidak tahu apa yang dia lihat dari seorang Jinki atau akrab di sebut Onew. Baik, sekarang ku perkenalkan seorang namja yang membuatku begitu merasa sial berada dalam kelas ini, Choi Minho. dia memiliki badan yang tinggi, atletis, hidung mancung, bibir sexy dan… Ugh! Damn, dia begitu tampan. Hebat olahraga basket, dia bahkan menjadi kapten tim basket. Neomu neomu neomu nappeun namja. Oh iya, mengapa aku menyebutnya nappeun namja over dosis? It's because, dia selalu membuat keributan, kebut-kebutan, berkelahi, dan mempermainkan wanita tentunya. He's really playboy. Mengapa aku me nyebut diriku sial disini? Karena dia selalu membuat masalah denganku, tidak mengganggu. Tapi aku merasa terganggu. Kenapa? Karena hampir satu sekolah yeoja di sekolahku memujanya, bahkan ada yang rela mempermalukan dirinya hanya karena seorang Choi Minho. Jadi, kelas ini selalu di penuhi yeoja-yeoja ribut yang membuat gendang telingaku hampir pecah. Hingga akhirnya berujung pada perdebatan antara aku dengannya. Perlu kalian ketahui, tak satupun dari mereka yang benar-benar resmi menjadi pacarnya. Mereka hanya di jadikan boneka dan mainan yang membuatnya senang. Aku kasihan pada mereka, tidak sadarkah kalau mereka hanya di permainkan? Cukup itu perkenalan tentangku, ku rasa kalian semua bisa memahami karakter diriku.
07.15 KST
Aku sedang berjalan di lorong sekolahku, dengan kacamata yang bertengger di wajah, rambut yang diikat tinggi serta sepatu sporty kesayanganku yang selalu membalut kaki indahku.
Aku menatap jijik pemandangan di depanku, bagaimana tidak? Lagi lagi Minho bermesraan di depanku. Aku benar-benar ingin mengusirnya dari pandanganku.
"Oppa… Kita dinner malam ini ya?" ck, bahkan yeoja itu mengajak namja dinner? Hey, mana harga dirimu sebagai wanita? Payah.
"Ne~ chagy" cup! Minho mengecup kening yeoja tersebut. Memalukan. Mwo? Chagy? Mereka bahkan belum resmi jadi suami istri. Bukannya aku membenci kata romantis, tapi itu berlebihan.
Brakk!!
Aughh!! Apa yang baru saja ku tabrak? Sepertinya badan seorang namja. Tubuhku sampai tersungkur begini. Aku mendongakkan kepala, benar namja. Kim Jonghyun, seorang namja yang berada di jurusan ilmu sosial, ramah dan murah senyum.
"Hahaha~" sial! Siapa yang tertawa? Aku memalingkan wajahku mencari sosok evil yang baru saja menertawaiku. Dia lagi?
"Ya! tidak ada yang perlu kau tertawakan" teriakku kesal. Jonghyun mengulurkan tangannya membantuku berdiri.
"Kau melamun? kenapa sampai tidak melihat tubuh besar Jonghyun yang berada di depanmu. Benar-benar pabbo" dia tertawa lagi. Aku mengabaikannya, menyambut tangan Jonghyun dan menepuk pelan rok ku yang panjangnya sepuluh senti di atas lutut.
"Gomawo Jonghyun-ah" ucapku singkat tertangkap olehku kilatan bening di matanya, indah.
"Cheonmaneyo~, hati-hati Minri-ya. untung saja kau menabrakku. Bayangkan saja apa yang terjadi jika kau menabrak tiang atau tembok di sekolah ini"aku tertawa kecil, dia tersenyum dan berlalu pergi. Sedang aku, ku rasa aku harus cepat-cepat menyingkir dari sini, masuk kelas dan memikirkan hal penting yang lain dari pada harus berdebat tidak jelas dengan nappeun namja itu.
***
09.50 KST
"Hyaaa… Minho, kau benar-benar hebat" Apa ini? Keributan? Siapa lagi yang diributkan kalau bukan Minho. Astaga~ mengapa mereka tidak ada niat untuk belajar? Sepuluh menit lagi ulangan matematika. Angka rumit itu akan memusingkan mereka. Apa di otak mereka hanya ada Minho. Dia tidak aka nada dalam soal ulangan manapun. Huh, bagaimana bisa belajar kalau begini?
"Integral~ Integral~ lawan dari turunan~" aku menoleh ke tempat duduk sebelahku, Ahra. Dia menyandarkan kepalanya di atas meja, dengan mata terpejam dan bibir yang komat kamit. Aku rasa aku tahu apa yang ia katakan selanjutnya, "Saranghae Onew-ah" nah, itu maksudku. Dia berkata sangat pelan, hingga hanya aku yang mendengarnya. Bayangkan saja, setiap orang berdoa harusnya di akhiri dengan kata amin, dia setiap paragraf menghapal sesuatu, di otaknya selalu ada Onew. Aku? Otakku sesak, penuh dengan namja menyebalkan itu. Untunglah, nilaiku baik-baik saja meski belajarku harus terganggu karena dia. Ups, kembali ke keributan tadi.
Aku berbalik ke belakang, menatap tajam sekumpulan orang yang duduk berjarak tiga kursi dari tempat dudukku. Mereka diam dan menghentikan kegiatan mereka. Aku kembali beralih pada buku yang tadinya ku pegang. Kembali memahami sesuatu yang tidak ku pahami.
"Hyaaa… Minho mau dinner denganku" lagi? Kurasa kesabaranku habis.
Brakk!!
Aku berdiri, sedikit menggebrak meja dan kembali menatap mereka. Mengepalkan tanganku di samping badan.
"Bisakah kalian tidak membuat keributan disini? Atau sebaiknya kalian membuat keributan sendiri di luar" ucapku nyaring, sangat jelas mereka semua mendengar, bahkan satu kelas pun bisa mendengarnya. Kulihat yeoja itu memanyunkan bibir, kesal karena teriakkanku. Tapi mataku menangkap sesuatu yang menyebalkan, Minho, dia malah tertawa.
"Ya! kenapa kau tertawa?"
"Ya, yeoja galak. Tidak perlu berteriak seperti itu. Suaramu benar-benar seperti sedang memakai microphone" Aku menarik nafas, hendak menyahut lagi, tapi sesuatu menahanku. Ahra menarik tanganku, matanya mengisaratkanku untuk duduk. Baik, aku duduk.
"Minri-ya… ajarkan aku soal yang ini" Aku mendongak, melihat namja yang paling imut di kelasku. Siapa lagi kalau bukan Lee Taemin. Dia juga salah satu teman dekatku selain Ahra. Badannya tinggi dan kurus, wajahnya imut dan cantik. Bahkan aku merasa dia lebih cantik dariku. Aku terkikik geli.
"Yang mana Taemin-ah?" dia menunjuk soal yang ada di bukunya. Mwo? Soal segampang itu masih bertanya? Dia mengerjaiku ini.
"Kau mengujiku atau benar-benar bertanya?" dia mengerutkan kening lalu tertawa.
"Aku bertanya noona…"
"Kau … memang ingin membuatku kesal rupanya" pletak! Aku jitak kepalanya. "Sekali lagi kau memanggilku noona…" aku gantungkan kalimatku dan membunyikan tulang-tulang di telapak tanganku.
"Huaaa~" dia berhenti menggangguku dan kembali ketempat duduknya. Aku tertawa dalam hati, dasar Taemin, kau terlalu polos berada disini.
***
21.30 KST
Menyebalkan! Malam begini aku dirusuh membeli daging di tempat keluarga Lee. Diluar sangat dingin, gelap dan sepi. Tinggal beberapa meter lagi, aku sampai di toko daging keluarga Lee. Sesekali aku gosokkan tanganku dan meniupkan uap disana agar aku merasa hangat.
"Permisi Lee ahnjussi, bisa bungkuskan dua kilo daging untukku?" Lee ahnjussi berbalik, dan membuatku sedikit terkesiap karena dia bukan Lee ahnjussi. Dia ternyata Lee Jinki, anak tunggal keluarga Lee.
"Onew-ah, kau disini?" Tanyaku.
"Ne~ Appa lagi didalam. Mungkin aku bisa membantumu" Onew membungkuskan daging untukku. "Kau teman dekatnya Ahra?"
"Ye, memangnya ada apa?"
"Tidak apa. Dia cantik menurutku" Onew tersenyum penuh arti. Ku rasa aku mengerti apa yang ada difikirannya. Dia menyerahkan bungkusan daging padaku. Aku menerima dan membayarnya.
Aku lirik jam tanganku, sudah pukul sepuluh. Sial, mengapa tadi aku tidak membawa motor saja. Sekarang aku harus jalan kaki di jalan yang sepi ini, gelap dan tak satupun ada kendaraan yang lewat. rumahku cukup jauh pula. Taksi? Bis? Atau apapun ku mohon lewat di depanku sekarang aku butuh tumpangan. Ku percepat langkah kakiku, berharap aku segera sampai dirumah. Ku dengar suara kendaraan, terimakasih Tuhan. Bunyi itu semakin mendekat, dan sekarang tepat di sampingku hingga membuat aku menoleh.
Omo~ sebuah motor besar berwarna hitam mengkilap, keren. Pengendaranya memakai jaket kulit hitam dan kaca helmnya terbuka setengah hingga aku bisa melihat kalau dia sedang tersenyum.
Glek!
Aku menelan ludah, baru setengah wajahnya saja ku lihat aku yakin kalau dia tampan. Perlahan dia membuka helmnya. Mwo? Nappeun namja? Aishh, untuk apa aku meminta bantuannya.
"Butuh tumpangan nona?" Mengapa aku bisa bertemu dengannya? Sudah cukup di sekolah dia membuatku kesal.
"Tidak, terimakasih" ucapku dingin. "Baru pulang kencan kan?"
"Hey, kau memperhatikanku rupanya" dia tersenyum. Ups! Kurasa aku salah bicara. Ku percepat langkahku hingga aku tidak mendengar suara motor itu mengiringiku.
Langkahku terhenti ketika aku melihat sekelompok orang yang sedang mabuk. Dan mereka berjalan mendekatiku, umma… tolong. Perlahan aku berjalan mundur, kurasakan tubuhku menabrak sesuatu di belakang. Ku balikkan badan, mataku langsung terhadap pada dada bidang seorang namja, Ku dongakkan kepalaku dan melihat wajah… nappeun namja? Dia mengikutiku? Molla~ yang jelas sekarang dia harus membawaku pergi dari sini.
"Masih menolak bantuanku?" Aku menggeleng. Memalukan. Aku berharap ini yang pertama dan terakhir aku meminta bantuannya. Dia meraih tanganku dan membantuku naik ke atas motornya. Kedua tanganku di tariknya agar melingkar di pinggangnya. Entah mengapa jantungku berdegup tidak karuan, jangan katakan kalau aku…
"Pegangan yang erat kalau kau tidak ingin terjatuh dari motor ini" Memangnya dia siapa, seenaknya memerintahku.
Brrmm!!
"YA!" aku hampir terjengkang dengan tarikan gas mendadak seperti itu. Refleks ku eratkan pelukanku. Motornya melesat menguasa jalan di tengah malam yang sepi. Angin malam menerpa wajahku membuatku harus memejamkan mata. Tiba-tiba motor ini berhenti. Ku buka mata dan segera turun. Dia mengantarku sampai di depan rumah. Mwo? Rumahku? Sejak kapan dia mengetahui letak rumahku.
"Darimana kau mengetahui rumahku?"
"Dari Taemin"
"Kau berteman dengan Taemin? Kau tidak mempengaruhinya untuk menjadi bad boy sepertimu bukan? Ku harap tidak"
"Cepatlah masuk dan istirahat" Aku masih terpaku di tempatku, mencerna setiap kata yang diucapkannya. Sebuah perhatian? Kenapa ini? Apa dia ingin menjadikanku salah satu boneka mainannya? Aku mengerjapkan mataku, tangan besarnya mengusap kepalaku dan mengacak rambutku pelan, anehnya, aku tidak melakukan perlawanan. Mimpi apa aku, melihat Minho menjadi sebaik dan selembut ini.
"Gomawo~" ucapku lirih dan berbalik, berjalan menuju pintu rumahku dan masuk. Hatiku berkecamuk, banyak tanda tanya dalam kepalaku sekarang.
Suara dering ponsel membuatku kembali menoleh ke arahnya. Ku lihat dia mengangkat telepon dan sedang terburu-buru.
Minho POV
"Ye hyung, aku segera ke sana"
Aku menutup ponsel lipatku dan segera melesatkan motorku. Sebuah panggilan dari Siwon hyung, dia berkata ada yang menantangku untuk balapan. Mengapa tidak? Bukankah ini menyenangkan?
…
"Hyung, aku sudah tiba" aku parkirkan motorku di samping motor Siwon hyung. Dia adalah anggota kelompok Black Rider, sebuah gang motor yang terkenal di Seoul.
"Segeralah ke garis start, dia menunggumu" Siwon hyung menunjuk orang yang sudah siap di garis start. Dia menatapku dan tersenyum evil, Cho Kyuhyun. Sepertinya balapan kali ini akan menarik.
"Sudah siap?" Kyuhyun menyeringai.
"Tentu saja" jawabku.
Ku siapkan motorku di garis start membunyikan motorku, Kyuhyun pun begitu hingga membuat asap motor kami beradu. Mataku menatap lurus ke depan. Saat peluit di bunyikan, saat itu pula ku lesatkan motorku di jalan yang sepi ini. Aku memimpin di depan, membuat bibirku tersenyum puas. Saat di tikungan, ku lihat di spionku dia mendekat dan…
Wush! Dia mendahuluiku, sial. Mau tak mau aku menambah kecepatanku hingga jarak kami hanya beda tipis. Tinggal satu putaran lagi, kami akan finish. Posisi kami yang berubah-ubah, membuatku sedikit merasa kesal. Tinggal beberapa meter lagi, maka aku akan menang.
Ku rasakan pandanganku mengabur dan motorku hilang kendali hingga…
Brakk!! Aku terjatuh dan terlempar beberapa meter dari motorku. Tangan kiriku sedikit sakit, tapi untunglah aku tidak apa.
"Gwaenchana Minho-ya" Siwon hyung mendekat dan membantuku berdiri.
"Gwaenchana hyung"
"Keberuntungan di pihakku Minho-ssi" Kyuhyun menyeringai "Tapi ku akui, kemampuanmu memang hebat" sambungnya. Dia menutup kaca helm dan kembali melesatkan motornya.
Aku hanya bisa tersenyum sinis dan sedikit meringis.
…
Ku buka pelan pintu flat-ku, tempat tinggalku sekarang. Meletakkan helm dan melepas jaket kulitku. Ku lihat luka di tangan kiriku lalu mengambil kotak p3k dan mengobatinya sendiri agar tidak infeksi. Setelah selesai, ku letakkan di laci samping tempat tidur, tak sengaja aku melihat foto itu, kenangan saat aku sekolah menengah pertama, fotoku bersama yeojachingu-ku, dia cantik sangat cantik malah menurutku, dia alasan yang membuat kelakuanku menjadi seperti sekarang ini.
Flashback
Aku sedang berjalan menuju ruang guru, membawa buku-buku fisika yang tebal ini. Tanpa sengaja aku melihat dia, yeojachingu-ku, bersama namja? Duduk di depan kelas hanya berdua, tertawa lepas dan sesekali si namja mengajak rambut yeoja-ku. Perlahan ku rapatkan tubuhku ke dinding, menajamkan pendengaran.
"Kau benar-benar serius pacaran dengan Minho? Namja yang polos dan culun itu?" si namja mulai angkat bicara dan… ya! dia mengataiku.
"Secara teoritis memang benar, tapi aku tidak pernah menyukainya. Aku hanya memanfaatkannya. Mana mungkin aku menyukai namja yang berkacamata itu, celana sampai pinggang dan … ugh! Aku tak perlu mengucapkan semuanya" yeojachingu-ku tertawa lepas. Benar dia memanfaatkanku? Ku coba mengingat saat aku bersamanya. Benar, dia tidak pernah memberi perhatian padaku, selalu aku yang mulai dulu. Menyedihkan, kalau selama ini aku mencintai orang yang tidak mencintaiku.
"Kalau begitu, putus lah dengannya dan jadilah yeojachingu-ku" Aku menampakkan diri di depan mereka berdua. Dia terkejut dan terlihat gugup. Apa yang dia takutkan? Kehilangan nilai bagus? Aku mengangkat satu ujung bibirku dan melepas kacamataku.
"Baik, kalau itu maumu. Kita putus!" aku melangkah pergi dan kembali memasang kacamataku, pusing rasanya tidak memakainya walau sebentar. Tapi aku harus melepasnya, mulai sekarang.
End Flashback
Terimakasih membuatku sadar, bahwa wanita cantik tak selalu punya hati yang cantik. Itu lah alasan mengapa aku suka mempermainkan wanita cantik. Menurutku mereka semua hanya memakai topeng. Bersikap manis karena tujuan tertentu.
Aku merasa tubuhku lelah. Aku menyibak selimut dan merebahkan badanku, mencoba menutup mata. Terlintas di fikiranku bayangan yeoja galak dan cerewet tadi. Dia memeluk pinggangku, melupakan rasa gengsi tinggi yang dia punya. Rona merah di wajahnya pun bisa ku lihat saat aku menatapnya, meski masih samar-samar. Apa dia menyukaiku?
"Hoaaam" aku benar-benar mengantuk. Bersiap ke alam mimpi dan menanti hari esok yang lebih menyenangkan.
***
08.00 KST
Minri POV
"Ya! memangnya apa yang kau lakukan tadi malam? Kenapa wajahmu kusut sepagi ini?" Ahra menginterogasiku karena wajahku yang bentuknya sudah tidak karuan lagi. Aku benar-benar mengantuk. Semalaman aku tidak bisa tidur, sialnya ini karena aku memikirkan nappeun namja itu yang begitu aneh tadi malam.
Aku memejamkan mata dan menumpu kepalaku dengan kedua tanganku. Tanpa menghiraukan Ahra yang terus mengoceh.
"Minri-ya… Kau sudah dengar dua minggu lagi acara festival pemilihan King and Queen untuk tahun ini? Itu suara Taemin.
"Hmm" gumamku. Ck, Acara bodoh itu. Malas sekali aku datang. Tapi sayangnya aku harus datang karena semua siswa di wajibkan datang. Sial, sekolah macam apa ini? Mewajibkan untuk datang ke acara yang tidak penting seperti itu. Yang lebih menyebalkan, kami datang harus dengan pasangan masing-masing. Memangnya siapa yang akan mengajakku?
"Minri-ya… Gwaenchanayo? " deg! Suara nappeun namja? Aku membuka mata dan mendongakkan kepalaku. Dia tersenyum, dan mengacak pelan rambutku, seperti yang dia lakukan tadi malam. Lagi lagi aku hanya bisa diam dan mengerjapkan mataku.
"Hyaaa… Minho" ku dengar teriakan yeoja dalam kelas. Memang, pemandangan ini sangat aneh dan langka.
"Aa.. A.. Aku baik-baik saja" akhirnya aku bisa mengeluarkan suara. Tapi… ya! mengapa gugup seperti ini. Aishhh, pabbo!
Dia mengangguk dan berlalu ke tempat duduknya, tapi sebelum itu dia sempat tersenyum lagi padaku. Omo~ bisakah kau tidak melakukan ini padaku?
"Minri-ya!" Taemin mengagetkanku, aku menoleh kearahnya dan dia menggembungkan pipi. Ingin ku cubit rasanya.
"Jangan mengagetkan ku seperti itu. Kalau aku mati mendadak bagaimana?"
"Makanya jangan melamun, fikirkan festival itu. Arasseo?" Taemin bangkit dia tersenyum -yang sangat manis- pada Hyora. Sepertinya dia sudah menemukan pasangan yeojanya. Lalu aku? Otteokhe?
***
17.15 KST
Aku duduk di taman dekat rumahku, merasakan sejuknya semilir angin di bawah pohon. Di temani dengan secangkir coklat hangat. Aku tengah membaca novel Harry Potter seri ke tujuh, novel favoritku.
Sebuah tangisan anak kecil mengganggu konsentrasiku, membuatku harus menengok ke belakang mencari sumber suara. Seorang yeoja yang berumur sekitar empat tahun, tengah menagis memandangi atas pohon yang disana ada seekor kucing kecil, mungkin miliknya.
Aku berdiri, hendak menolongnya sebelum seorang yang ku kenal mendahuluiku. Dia dengan mudah mengambil kucing itu dan menyerahkan pada adik kecil adi hingga dia berhenti menangis. Namja itu mengacak rambutnya dan memberikan lollipop yang masih terbungkus rapi untuk anak kecil tadi.
Minho. Bagaimana bisa dia bersikap begitu peduli? Sedang Minho yang ku kenal adalah orang yang acuh. Ah, mungkin orang itu hanya mirip. Aku yakin itu bukan Minho, si nappeun namja.
"Minri-ya?"
"Ah!" Aku terperanjat dari tempatku berdiri. Namja yang ada di fikiranku tadi kini memanggilku. Aku mengerjapkan mataku, kalau-kalau ini hanya bayangan.
"Kau kenapa?" dia bicara lagi, dan dia semakin mendekat ke arahku.
"Kau Minho?" pertanyaan bodoh itu terlontar dari mulutku.
"Tentu saja, jangan berlagak amnesia" Dan kini dia menarik tanganku dan memintaku duduk.
"Kau sendirian?"
"Ne" aku kembali meminum coklatku yang hampir dingin. Degupan jantungku terasa begitu cepat, berada di dekatnya.
"Dasar, childish"
"Mwo?" aku bingung dengan maksud ucapannya. Dia mendekatkan tangannya ke wajahku dan ibu jarinya menyapukan lembut pipi kananku.
"Ya! apa yang kau lakukan?" omelku.
"Lihat wajahmu, kau ingin pergi berperang huh?" dia tertawa renyah, membuatku juga ikut tertawa. Hey! Sejak kapan aku bisa sedekat ini dengannya?
"Aigoo~ sejak kapan Tom and Jerry bisa akrab begini?"
"TAEMIN?"
TBC
Mohon setelah baca tinggalkan jejak, karena jika tanggapannya sedikit chapter 2 – End TERANCAM saya protect , huahahua *evillaugh*
No comments:
Post a Comment