Author : Kin♥ (@Rekindria)
Main cast : Choi Sooyoung, Shim Changmin, Im Yoon Ah
Rating : PG-15
Genre : Romance, Friendship,
Length : Part 1 ׀ Part 2 ׀ Part 3 ׀ Part__
Disclaimer : Plot is MINE. All the Main casts are belong to god and themselves.
Warning : Don't be a Plagiator and Siders.
♥ Be With You ♥
Cuap-cuap Author :
Yeay~ Author Rekin kembali hehe. Aku perhatikan readers makin banyak yang comment. Makannya aku semangat untuk lanjutin ini. Padahal aku lagi sibuk persiapan UTS. Tapi, aku sempatkan untuk buat ini. Maaf kalau ini makin galau hehe.
Oke Happy reading all~
And don't forget to leave comment dan like ^^
Previous part :
"Menurutku kau itu tak pantas. Apa coba bagusnya dirimu? Memang kau tinggi, tapi, auramu tak membawa kebaikan,"
"Namja itu benar-benar mencari gara-gara padaku? Lihatlah, akan kubuat kau benar-benar menderita,"
"Berhenti terpesona padaku Shim Changmin,"
"Aku adalah cinta yang takkan pernah Changmin oppa lupakan,"
~Part 3~
Sooyoung menggigit bibir bawahnya dan meremas minuman yang ia pegang sedari tadi. Ia tak tau harus membalas apa perlontaraan YoonA. Dia tidak tau harus berbuat apa. Tapi, bukannya masalah pribadi Changmin bukan urusannya? Lantas, kenapa ia merasakan perasaan seperti ini?
YoonA sedikit menyunggingkan senyumnya. Entahlah seperti senyum kemenangan. "Kau cemburu?" tanya YoonA dengan menatap Sooyoung dengan lekat. Seperti mengikatkan manik mata Sooyoung agar melihat bola mata YoonA.
Sooyoung menatap lurus dan terus berfikir hingga senyum kini terlihat disudut pipinya. "Untuk apa cemburu? Kamu hanyalah masa lalu Changmin oppa. Aku adalah masa depannya. Mungkin kau memang cinta pertamanya. Tapi, aku adalah cinta terakhir. Kau hanya masa lalu yang cepat atau lambat akan tergantikan,"
YoonA mendesah lalu menatap Sooyoung tak percaya. Dia berani sekali mengucapkan itu padanya. "Kau akan menye―"
YoonA memutus ucapannya saat Changmin berjalan kearah mereka. Changmin tersenyum kearah Sooyoung yang semakin membuatnya tak menyukai Sooyoung. "Apa yang kalian bicarakan?" sunggut Changmin yang langsung merebut minuman Sooyoung yang sedari tadi hanya digengamnya.
Yoona tersenyum samar, "Aku hanya memberi saran kepadanya untuk beberapa adegan." Balas YoonA. Sooyoung yang mendengarnya tersenyum getir.
Changmin yang mendegarnya hanya menganggukan kepalanya dan meneguk minumannya. "Tumben kau tak merebutnya?" tanya Changmin dengan memukul kecil puncak kepala Sooyoung. Changmin cukup heran saat Sooyoung hanya diam. Biasanya ia akan berteriak saat makanan atau minumannya direbut oleh Changmin.
Sooyoung menatap Changmin, "Waeyo?"
"Kau kenapa hanya diam? Biasanya kau memukulku," selidik Changmin dengan tersenyum jahil kearah Sooyoung. Membuat hati YoonA bertambah panas. "Kau kurang enak badan ?" ucap Changmin dengan nada khawatir. Ia pun menyentuh dahi Sooyoung. Memastikan Sooyoung sehat.
Sooyoung menepis tangan Changmin, "Aku tidak apa-apa," Sooyoung bangkit dari dudukannya dan berjalan menuju arah yang pasti tak ada YoonA didekatnya.
Cahaya terik sinar matahari di pantai membentuk cahaya yang menyinari pantulan wajah Sooyoung. Changmin tersenyum melihat wajah Sooyoung yang diterpa seberkas cahaya tersebut. Membuatnya terlihat cantik dan menawan.
Sekarang mereka sedang mengambil scene di pantai. Di adegan tersebut mereka akan menghabiskan waktu di pantai hingga matahari bersembunyi di belakang ombak-ombak besar itu.
Changmin menghampiri Sooyoung dan mengajaknya untuk mengambil take adegan mereka. "Ayo kita harus mulai," ajak Changmin dengan menarik tangan Sooyoung lembut.
Sutradara mengarahkan mereka untuk melakukan beberapa adegan. Dimulai dari mereka yang tak sengaja berpapasan di pantai ini. Dan mereka memulai untuk beberapa scene.
Changmin melangkahkan kakinya dengan tersenyum pada cahaya matahari yang tersenyum padanya. Langkahnya terhenti saat ia melihat seorang gadis yang menatap kosong kearah ombak yang berderu. Kakinya yang selalu diterpa ombak kecil tak menyadarkannya akan kehadiran Changmin yang mulai mendekat.
Changmin menyadari siapa gadis itu. Ia adalah gadis yang telah ia sakiti hatinya. Sekarang ia tak tahu Sooyoung akan menangis disini. Menyampaikan kesedihannya pada deru ombak yang bergelombang. Changmin mendekat dan menyentuh bahu gadis itu.
"Cut!" seru Sutradara dengan tersenyum melihat adegan yang begitu natural oleh Changmin dan Sooyoung. "Baiklah, sekarang kita akan buat masa lalu kalian. Masa dimana kalian menghabiskan waktu berdua di pantai ini. Ayo semangat!" seru Sutradara mengkomandoi crew-crewnya.
Changmin tersenyum kearah Sooyoung. "Aktingmu bagus. Ayo kita mulai lagi," ajak Changmin yang disertai anggukan Sooyoung.
"Camera.. Rolling.. Action," seru Sutradara.
Changmin memandang kagum yeoja yang duduk disampingnya. Sooyoung menyadarkan kepalanya ke bahu Changmin. Mereka menatap bahagia suasana pantai. Selingan semilir angin menerpa rambut Sooyoung membuat sehelai rambutnya menutupi wajah cantiknya. Changmin reflek menyingkirkan rambut Sooyoung dan menyematkannya di telinga Sooyoung. Gadis itu tersenyum menerima perlakuannya.
Changmin mengaitkan tangannya pada Sooyoung. Menikmati pemandangan pantai siang itu. Jejak kaki mereka terasa disatukan oleh derapan kaki yang seirama. Sooyoung tersenyum melihat Changmin. Changmin pun menarik tangan Sooyoung dan memeluk gadis tersebut. Mengacak rambut gadis itu. Membuat Sooyoung sedikit sebal dan mencoba mengejar pria tersebut. Mereka terlihat bahagia menikmati hari mereka yang istimewa tersebut.
Sooyoung tersenyum jahil dan sesekali menyipratkan beberapa air laut kearah Changmin. Membuat pria tersebut tersenyum evil kearahnya. Changmin membalas perlakuan jahil Sooyoung. Membuat mereka basah akibat ulah kekanakkan mereka. Changmin merengkuh pinggang Sooyoung. Mengusapkan sedikit air diwajahnya.
Sooyoung dan Changmin memandang matahari yang sudah mulai menghilang. Dengan tangan saling terpaut. Mereka membuat janji. Janji akan selalu bersama dan tak menghianati. Kini bola oranye matahari menghilang di balik ombak disana. Terlihat keindahan saat matahari beristirahat menyinari mereka.
Setelah mereka menyelesaikan adegan-adegan mereka. Mereka bergegas pindah lokasi. Yaitu sebuah rumah yang sederhana namun minimalis.
Disitu mereka akan melakukan adegan saat mereka bertengkar. Pertengkaran karena Changmin mengkhianati janji mereka.
Changmin menyandar pada sofa yang ada dirumah tersebut. Hari ini dia cukup lelah melakukan adegan mesra dengan Sooyoung. Jujur, ada beberapa adegan yang sebenarnya tak ada di naskah. Dan entah kenapa, refleknya Changmin seperti menambah bumbu romantis adegan mereka. Changmin juga merasakan perasaan aneh yang menderu dihatinya. Ia tersenyum saat melihat wajah Sooyoung membentuk senyum manis. Ia merasakan degupan jantungnya terpompa berkali-kali lipat saat tangannya menyentuh tangan halus Sooyoung. Ia merasa hatinya tak bersuara saat ia sedikit menyingkirkan rambut Sooyoung. Ia merasa benar-benar aneh.
Sooyoung yang membawa cemilan datang kearah Changmin dan menjatuhkan dirinya tepat disamping Changmin. "Ah, ternyata syuting membuatku lapar," desah Sooyoung dengan asik memakan makanannya.
"Kalian ayo cepat kerja lagi. Jangan pacaran terus," pekik Manager Kim dengan sedikit tersenyum meledek. Membuat Changmin yang sedari tadi melamun terbangun dari dudukannya. Dan ia merasakan wajahnya memerah saat itu juga.
Sooyoung mendongakkan wajahnya dan menatap Changmin heran. "Kau aneh," desis Sooyoung saat melihat semburat merah tertera diwajah tampan Changmin.
"Oke kita akan mulai," pekik Sooyoung yang berlari kecil ke ruang make up.
Sooyoung terlihat terus mengerutkan wajahnya. Cemas akan keberadaan Changmin yang belum tiba. Sesekali ia melirik jam. Tepat jam 10 malam. Lagi-lagi ia mendesah dan merutuki dirinya. Ia menekuk kaki panjangnya dan menenggelamkan wajahnya. Berharap lebih tenang. Namun, kegalauan hatinya tak dapat dihilangkan.
Sooyoung yang telah lelah beristirahat di kasurnya dengan pikiran melayang entah kemana menyeret kakinya agar ikut bersamanya. Derapan kakinya terdengar cemas. Ia berjalan menuju balkon dan menatap bintang yang bertaburan indah. Wajahnya masih terlihat cemas.
Ia menyenderkan tubuhnya pada penyangga pagar balkon tersebut. Menatap langit. Menyampaikan pada bintang bahwa ia cemas pada keadaan Changmin yang berubah. Changmin yang bukan ia kenal lagi.
Matanya kini menangkap sesosok pria yang sedari tadi dipikirannya. Rasa kalutnya kini memudar tapi digantikan rasa kecewa pada pria tersebut. Ia terlihat mengecup dahi seorang gadis lembut. Jadi, ini alasannya? Alasan Changmin menghindarinya? Apakah ia menyesal menghabisi hidup berdua dengan Sooyoung?
Sooyoung membuka pintu rumahnya dengan tidak menatap kedua bola mata Changmin. Disitu pertengkaran dimulai. Sooyoung terus meminta penjelasan tapi Changmin hanya diam. Ia mengakui ia menyakiti hatinya. Melanggar janji mereka.
Sooyoung merasakan buih krystal jatuh dipelupuk matanya. Kini ia mengeluarkan semuanya. Perasaan kecewa akan sikap Changmin padanya. Sooyoung berlari menuju kamarnya dan merapikan pakaiannya. Berfikir meninggalkan Changmin lebih baik.
Sutradara tersenyum bangga melihat akting Sooyoung menangis dan kecewa yang begitu natural. Akting Changmin? Tak perlu ditanyakan lagi.
"Oke, hari ini selesai," seru Sutradara yang menandakan berakhirnya adegan untuk hari ini.
Sooyoung yang sedari tadi lelah akhirnya berlari kecil dan menjatuhkan tubuhnya pada kasur yang dekat didirinya. Ia menelungkupkan wajahnya. Berfikir akan adegan di pantai sebelumnya. Di pantai saat Changmin menggengam bahunya hatinya berdesir. Saat itu ia diharuskan menangis. Changmin merasa bersalah pada Sooyoung yang menyakiti dirinya. Dan reflek Changmin memeluk Sooyoung. Membelai rambut gadis tersebut dengan lembut. Meminta maaf akan kebodohannya.
Sooyoung hanya diam melihat ketulusan yang tertera jelas di manik mata Changmin. Changmin mengecup bibir Sooyoung. Meminta maaf akan kesalahannya. Dan saat itu Sooyoung membalas bibir lembut Changmin yang menempel di bibirnya. Memberi satu kecupan halus menandakan ia memaafkan kesalahan serpihan hatinya.
Tanpa Sooyoung sadari membayangkan adegan tadi membuatnya malu. Lagi-lagi ia merasakan hal aneh saat bersama atau mengingat Changmin.
Sooyoung melipat tangannya memerhatikan Changmin yang terus melangkahkan kakinya kesana kemari. "Hei berhenti seperti itu Changmin. Kau membuat bola mataku lelah melihatmu," rutuk Sooyoung dengan mendelik Changmin sebal.
Changmin yang merasa terganggu oleh gadis itu berjalan kearahnya dan berjongkok dihadapannya. "Kau tak suka?" sunggut Changmin dengan mencolek dagu Sooyoung. Di ruang rekaman ini kebetulan hanya ada Changmin dan Sooyoung. Changmin memang sedikit gusar karena ada beberapa masalah. Terutama YoonA yang semakin menampakkan dirinya.
YoonA yang baru membuka sedikit pintu melihat Sooyoung dan Changmin. Jika dilihat dari posisi mereka membuatnya berfikir Sooyoung dan Changmin tengah berciuman. Dengan Changmin menyentuh dagu Sooyoung dengan jarak dekat.
Tekad YoonA goyah. Ia menutup pintu tersebut. Menyadari bahwa Changmin sudah melupakannya. Membuatnya harus menerima dia hanya masa lalu Changmin. Dan sekarang sudah ada Sooyoung yang mengisi hati kosong yang telah ia hancurkan. Bulir air mata kini meleleh di matanya. Tepat saat itu juga ia menangis. Menangisi kebodohannya.
Changmin tersenyum jahil kearah Sooyoung. "Kenapa kau ada disini?" tanyanya dengan senyum meledek.
Sooyoung mendelik kaget. "Aku dipanggil oleh Manager Kim."
"Benarkah? Bukannya ingin bertemu denganku?" ledek Changmin membuat Sooyoung ingin memukul pria dihadapannya.
"Kau !" pekik Sooyoung dengan suara menggelegar membuat Changmin yang seharusnya meminta maaf malah semakin menjadi-jadi.
"OMO!" pekik Manager Kim kaget saat melihat pertekaran Sooyoung dan Changmin yang terlihat dimatanya sangat romantis.
Changmin menoleh kearah Manager Kim, "Hyung, kau mengundang gadis ini?" tanya Changmin dengan mengarahkan telunjuknya kearah dahi Sooyoung.
Manager Kim berjalan lalu duduk di kursinya. "Kenapa?" tanya Manager Kim heran.
Changmin bangkit dan berjalan menuju Manager Kim. "Hyung, kenapa dia selalu ada sih?"
"Dia kan pacarmu Changmin sshi,"
Changmin menatap Manager Kim heran. Sooyoung hanya diam melihat Changmin menggerutu tak henti. "Kapan aku bilang begitu Hyung?"
"Bukannya dulu kau bilang begitu? Makannya aku memilih dia menjadi model kita. Kalau dia bukan pacarmu, dia takkan kupilih," balas Manager Kim.
Changmin memutar bola matanya. Dia menepuk dahinya. Merutuki dirinya yang lupa akan kejadian saat itu. Dia memang mengakui Sooyoung pacarnya karena ada YoonA mantan tunangannya terdahulu.
YoonA menatap nanar album foto masa lalunya. Album tersebut mengingatkannya akan masa indahnya bersama Changmin. Dulu, Changmin dan YoonA menjalin hubungan sejak mereka belia. Mereka bisa dikatakan pasangan yang serasi dan romantis. Karena, pertengkaran mereka jarang sekali atau mungkin tak pernah terlihat.
YoonA kini menangis. Bulir air matanya jatuh perlahan membasahi fotonya. Seandainya ia memiliki mesin waktu, ia ingin memperbaiki semua. Menunda kuliahnya untuk Changmin. Tapi, ia terlalu egois. Lebih memilih meninggalkan Changmin tanpa satu kata untuk mengejar impiannya. Padahal jika ia mengatakan 'Tunggu aku,' mungkin kondisi ini akan berbeda.
YoonA merogoh tasnya. Mencari benda yang ia maksud. Setelah menemukan ponselnya, tangannya lincah mengetik kata demi kata yang tersusun.
Ia menyeka air matanya. Berusaha tersenyum. Ia akan berusaha untuk mengejar Changmin lagi walau itu mungkin mustahil.
Mata YoonA sibuk mencari sosok Changmin. Hari ini di sebuah restoran dengan penerangan minimal namun membuat suasana romantis adalah tempat yang mereka setujui untuk bertemu. YoonA mengatakan ada sesuatu yang ingin ia katakan.
Changmin akhirnya datang setelah YoonA menunggunya cukup lama. Changmin melambaikan tangannya kearah YoonA. Changmin tersenyum saat melihat YoonA dihadapannya sekarang. Seakan memori kenangan indah itu kembali lagi. Dan senyuman itu memudar saat ia mengingat YoonA meninggalkannya begitu saja.
Changmin duduk di kursi yang telah YoonA persiapkan. Changmin menatap sekelilingnya. Suasana ini terlalu romantis untuk pertemuan biasa. Dan ini membuatnya canggung. Karena, YoonA bukan miliknya lagi.
YoonA tersenyum getir. Merindukan sosok Changmin yang ia rindukan selama beberapa tahun ini."Apa kabar oppa?" YoonA memulai percakapan mereka dengan basa-basi sedikit. Berharap menghilangkan rasa canggung mereka. Membuat suasana seperti dahulu. Saat mereka masih bersama.
"Aku baik-baik saja. Kamu bagaimana? Apa kuliahmu berhasil?" tanya Changmin dengan berusaha tersenyum pada gadis pujaannya itu.
"Aku baik tapi hatiku terluka. Maaf," desis YoonA seraya menampakkan wajah sendunya. "Maafkan aku yang terlalu egois oppa. Apa aku salah memintamu kembali padaku saat kau sudah bersama gadis lain? Aku tau aku tak tau diri," YoonA menundukkan wajahnya. Merasa takut akan jawaban Changmin.
"Itu hanya masa lalu YoonA ah. Aku sudah melupakan sakit hati itu. Itu adalah pilihanmu. Aku tak menyalahkannya," balas Changmin berusaha menenangkan YoonA.
YoonA mendongakkan wajahnya, "Jika aku masa lalu, apakah Sooyoung adalah masa depanmu oppa?" tanya YoonA penuh harap. Mengharapkan jawaban Changmin sesuai hatinya. Yaitu, dia adalah satu-satunya cinta untuk Changmin.
"Mungkin," balas Changmin dengan memutar bola matanya. Ia tak tahu apa yang ia ucapkan. "Sebenarnya aku dan dia hanya berteman. Aku masih menunggumu YoonA ah,"
YoonA menatap Changmin terharu. Ia merasa bahagia mendengar Changmin masih menunggunya. "Kansahamida oppa, saranghae."
"Na do saranghae YoonA ah. Aku akan selalu menunggumu,"
Sooyoung menggerakkan kakinya seperti bermain pada kaki-kaki panjangnya itu. Dia duduk di bangku taman dengan menatap bunga yang bertebrangan. Sangat indah.
Changmin berlari kearah Sooyoung dengan membawa ice creamnya. Ia memberikan satu diantara ice cream itu untuk Sooyoung. Dengan mata berbinar Sooyoung menerimanya.
Changmin merasa telah menyakiti hatinya. Ia merasakan telah mengkhianati dirinya. Menerima YoonA padahal hatinya merasa aneh saat bersama Sooyoung.
"Kau tau YoonA 'kan Soo ah?" Changmin menatap lurus kedepan. Merasa menyakiti dirinya lebih.
Senyuman diwajah Sooyoung memudar. "Tentu dia itu model 'kan?" balas Sooyoung dengan senyum getir yang terlihat. "Dia... mantan tunanganmu 'kan?" kini Sooyoung mengucapkannya. Kenyataan yang ia tutupi.
"Benar dan aku masih mencintainya," balas Changmin dengan melirik Sooyoung. "Aku merasa ia takdirku yang sebenarnya,"
Ketika itu hati Sooyoung seperti tercabik mendengar pernyataan Changmin. Kenyataan Changmin masih menginginkan YoonA bukan dirinya. "Kalau begitu perasaanku padamu harus disingkirkan. Sebelum aku semakin menyadari aku memang mencintaimu," gumam Sooyoung yang menahan air mata di pelupuk matanya.
-To be Continued-
Kritik dan saran untuk penulisanku sangat dibutuhkan. Maaf jika part ini membuat kalian kecewa. Aku berusaha memberi yang terbaik. Jadi, dukungan kalian akan membuatku semakin baik
Terima kasih ^o^
@Rekindria (95 line)
No comments:
Post a Comment